Friday, June 3, 2011

Bicara Murabbi : Sungguh Aneh




Sungguh aneh, air mata ini kering apabila kerinduan dan kecintaan kepada-Nya menyapa. Seolah-olah hati ini gersang kering, kaku tidak bermaya. - Adakah ia telah mati?



Bicara Murabbi : Sungguh Aneh

Kalam dan mutiara nasihat Abu Umar benar-benar menyentuh hati dan menusuk kalbu saya.
Merenung panjang saya melihat diri, menginsafi setiap perbuatan harian di bumi ini
Menyedari akan hakikat kelemahan, kealpaan dan kekurangan diri.

Seruan, dan peringatannya sangat-sangat kena pada saat dan ketikanya.
Bagi saya, setiap yang tercatat ini adalah kalam peringatan buat saya.
Seolah-olah Abu Umar sedang berbicara berhadapan dengan saya.
Bicara seorang Murabbi dari hati untuk santapan hati anak didiknya.

Saya kongsikan jua buat para sidang pembaca yang budiman,
Agar setiap daripada kita mampu mengutip ibrah buat pedoman.

Sungguh Aneh

Sungguh aneh bagi seseorang yang merasakan dirinya sebagai Da'ie ilallah namun tidak dapat menikmati kemanisan solatnya! Bukankah jalan hidupnya terlalu sukar, bebannya tidak tertanggung dan simpang siurnya terlalu banyak dan mengelirukan?

Bukankah segala penat lelahnya, segala pengorbanannya, setiap titisan keringat dan air matanya untuk Dia, Pemilik jiwa dan kehidupan?

Bukankah segala rindu dan cinta, segala harap dan asa bahkan seluruh rasa tawakkal hanya padaNya?

Kenapa kini, ketika tubuh sedang mengadapNya, sedang jiwa dalam perhatianNya....kita tidak menemuiNya dalam hati kita? Bahkan kita tidak temui cinta dan rindu padaNya.

Benarkah segala yang kita korbankan selama ini untukNya? Benarkah yang kita cari selama ini adalah redhaNya?


Sungguh aneh bagi seseorang yang merasakan dirinya sebagai Murabbi ilallah namun umurnya tidak menambahkan keakrabannya dengan Al Quran! Bukankah hidayah itu milikNya, yang membolak balikkan hati itu adalah Ar Rahman bahkan yang memberi taufiq dan kekuatan itu juga adalah Dia yang Maha Agung.

Bukankah jiwa manusia itu terlalu liar dan rumit untuk difahami sedangkan jalan menundukkannya itu berada dalam KalamNya? Bukankah Kalimah-KalimahNya mampu memecahkan gunung apatah lagi menundukkan hati manusia?

Bukankah kehidupan itu sendiri sukar untuk dimengerti apatah lagi dikendali sedangkan segala PengajaranNya telah tersedia dan terpelihara dalam mushafNya namun kenapa jiwa kita masih mampu jauh dari panduanNya?

Benarkah kita sedang mengajak manusia kepadaNya? Benarkah langkah kita sedang mendekatkan diri kita padaNya?

Jadi...

Milik siapakah jiwa ini?
Untuk siapakah segala pengorbanan yang ku curahkan selama ini?
Dan kepada siapakah diri ini akan kembali?

Catatan ini untuk diriku yang sedang menangisi kegersangan hati, sengaja dikongsikan dengan sesiapa yang turut mengalaminya. Semoga Allah menjadikan kita sentiasa dalam RahmatNya. Ya, hanya RahmatNya yang akan menyelamatkan kita dari azab siksa Neraka dan mengantar kita ke Syurga.

Abu Umar

Penutup kata - BH

1)- “ Ilahi, Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berikanlah kenikmatan dan kemanisan buat jiwa dan sanubari ini dalam beribadah kepadamu. Campaklah kekhusyukan yang tenang dalam solat yangku didirikan.” – Munajat hamba dinihari yang dingin

2)- Pesanan Murabbi ku acapkali : “ Peliharalah hubungan kalian dengan Allah SWT. Rasailah kemanisan dalam mencintai-Nya dan hangatkanlah rasa kerinduan yang berpanjangan kepada-Nya.”

3)- Masih basah dalam ingatan ku kata-kata seorang sahabat senior ketika di IPT, “ Carilah Allah SWT di dalam hidup kalian, apabila telah menjumpai-Nya di dalam celah-celah kehidupan yang fana ini maka kenalilah-Nya, cintailah – Nya dan hargailah saat-saat kalian merasai hangatnya rasa kerinduan kepada-Nya,” . Kata-kata ketika itu saat hidup, menyapa kalbu gersangku dan membuatkan air mataku mengalir deras di pipi yang kering. “ Ilahi, aku sudah kehilangan cinta hakikiku.”

No comments:

Post a Comment